Abu Usman :
Dia itu Paman Nabi. Pasti terlalu sering berdiskusi dengan Nabi.
Pasti terlalu sering melihat bukti-bukti
kenabian yang tidak kita tahu.
Keterlaluan! Hatinya seperti batu.
Keterlaluan! Hatinya seperti batu.
Nurul Huda :
Husshh! Jangan benci kepada Abu Thalib. Walau kafir, dia orang hebat.
Abu Usman :
Apa hebatnya orang kafir?
Nurul Huda :
Tahun kematiannya dicatat dalam sejarah sebagai Tahun kesedihan.
Kanjeng Nabi
bersedih. Kira-kira, apa Kanjeng Nabi mencintai kita lebih
dari Abu Thalib? Kita ini siapa, bukan siapa-siapa. Salah-salah,
termasuk umat yang malu-maluin Nabinya
dari Abu Thalib? Kita ini siapa, bukan siapa-siapa. Salah-salah,
termasuk umat yang malu-maluin Nabinya
Abu Usman :
Tapi, dia masuk neraka.
Nurul Huda :
Tapi namanya abadi sepanjang masa. Nama kebaikan,
ditulis dalam kitab-kitab kebaikan.
ditulis dalam kitab-kitab kebaikan.
Abu Usman: :
Nama kebaikan?
Nurul Hda : Ali bin Abi Thalib.
Abu Usman: :
Sebentar, kamu kok malah membela orang kafir.
Seolah, kamu ngefans sama Abu thalib.
Seolah, kamu ngefans sama Abu thalib.
Nurul Huda :
Saya menghormati Kanjeng Nabi, menjaga akhlak kepada beliau.
Abu Usman :
Menghormati orang kafir, kok menghormati Nabi.
Nurul Huda :
Jika bapakku kafir, aku akan sakit hati jika diungkit-ungkit kekafirannya.
Ali
pasti tidak senang, bapaknya dikafir-kafirkan dengan nada kebencian.
Abu Usman :
Nabi juga tidak senang? Paman yang dicintainya diungkit-ungkit
kekafirannya?
kekafirannya?
Nurul Huda :
Pikir saja sendiri. Ini soal rasa. Kata guruku, ini soal furqon dalam hati.
Abu Usman :
Kau meledekku.
Nurul Huda :
Jangan mudah marah. Jangan mudah benci. Itu kuncinya.
Abu Usman :
Kau menuduhku, hatiku penuh kebencian.
Nurul Huda :
Bukan, bukan. Kita hanya perlu bilang Abu Thalib kafir tapi dengan
akhlakul karimah.
akhlakul karimah.
SUARA SANTRI
Edisi 93 – Tahun IV – RABIUL
AWWAL 1434 H
JANUARI 2013
No comments:
Post a Comment